Advertisement
Serusinopsis.com || EPISODE SEBELUMNYA || Sinopsis All About My Mom Episode 2 Part 4 : Hyeong Soon membawa makanan ke sauna untuk ibunya yang bekerja di sauna. Ibunya berkata, “Kenapa kau membawa ini? Kita harus menjualnya. Bawa ini kembali dan juallah. Kalau kau bekerja di toko hari ini, berjualanlah dan jual semua laauk pauknya. Kalau kau tidak pergi ke sana, kau tahu toko Jinmi? Juallah disana. Aku sudah memberitahu mereka”. Hyeong Soon bertanya, “Ibu, apakah kau benar-benaar tidak akan bekerja di toko?”. Ibunya berkata, “Tidak akan. Apa gunanya mempertahankannya? Itu hanya akan membuatku kesal. Apa hyungmu sarapan dengan baik dan pergi bekerja?”. Hyeong Soon menjawab, “Ya, ayah membuatkan sarapan. Noona mengkhawatirkanmu”. Ibunya berkata, “Noonamu pasti bahagia. Ibunya yang suka mengomel sudah pergi. Dia sebentar lagi akan pindah. Kenapa rasa sup ketimunnya seperti ini , ini asin dan manis.
Hyeong Soon menjawab, “Noona menyukai sup ketimun. Khususnya buatanmu”. Ibunya berkata, “Jangan datang lagi, khususnya ayahmu. Kalau dia muncul di hadapanku, katakan padanya sesuatu yang besar akan terjadi, paham?”. Hyeong Soon hanya menghela nafas dengan sedih. Setelah itu Hyeong Soon pun berjalan keluar dari sauna tersebut ternyata ayahnya pun ikut bersamannya namun ayahnya hanya bersembunyi, dia tidak ikut menemui ibunya. Ayahnya berkata, “Hyeong Soon, apa yang dikatakan ibumu?”. Hyeong Soon menjawab, “Dia mengatakan untuk tidak mengunjunginya, khususnya ayah”. Ayahnya berkata, “Jika seperti ini, apa dia akan mengajukan perceraian?”.
Hyeong Soon memajang kertas dengan bertuliskan (semuanya diobral) di depan restorannya. Hyeong Soon berkata sendiri, “Apa yang akan terjadi kepada ibu?”. Tiba-tiba Hyeong Soon mendapatkan sms dari Chae Ri, Hyeong Soon berkata dalam hati, “Jang Chae Ri mengirimku pesan yang mengatakan dia minta maaf. Apa maksudnya dia? Kau menyukaiku. Huh?”.
Saat itu pula ada ibu-ibu yang melihat obralan di depan restoran milik ibunya dan berkata, “Ya ampun, ada obralan. Aku ingin tahu kenapa”. Ibu-ibu tersebut langsung masuk ke dalam restoran tersebut. Hyeong Soon menelepon ayahnya dan berkata, “Ayah, apa yang sedang kau kerjakan sehingga kau tidak kemari?”. Ayahnya menjawab, “Aku tidak bisa pergi ke toko. Bagaimana bisa aku menyaksikan hasil karya ibumu dijual demi recehan? Aku tak kuat melihatnya. Aku tak bisa”. Hyeong Soon berkata, “Ayah”. Kemudian ibu-ibu tersebut meminta untuk dibungkus makanannya kepada Hyeong Soon. Ayahnya hanya sedih mengingat ibunya.
kJin Ae pulang dari kerjanya dan melihat di restoran ibunya banyak yang membeli makanannya. Jin Ae terdiam sedih dan melihat tanda di depan pintunya obralan besar. Jin Ae kemudian pulang dan melihat ke kamar ibunya yang kosong. Jin Ae mengingat ibunya dan sedih menangis.
Ibunya membersihkan lantai di sauna. Ada 2 remaja yang membuang kulit telur secara sembarangan. Ibunya berkata, “Nona-nona bisakah kalian membuang kulit telurnya daripada menyampah sembarangan? Apa kalian berdua memakai minyak di sini? Pantas saja licin disini. Kau tidak bisa memakai minyak disini”. Dua orang remaja tersebut saat pertama mereka tidak menghuraukannya tetapi mereka akhirnya berkata, “Wow, benarkah? Bibi, bersih-bersih sajalah. Kami harus bikin berantakan agar kau bisa menghasilkan uang”. Ibunya berkata, “Apa? Kau berandalan!”.
Kemudian Jin Ae datang dan ikut memarahi 2 orang remaja tersebut, “Hei! Apa kalian berdua tidak membaca tulisannya? Disitu disebutkan kau akan didenda jika kau menyampah atau menaruh minyak disini. Haruskah aku meneleponmu?”. 2 orang remaja tersebut menjawn, “Gadis ini. Siapa kau bicara seperti ini?”. Jin Ae berkata, “Lalu kau, kenapa kau tidak mengormati bibi ini?”. 2 remaja itu menjawab, “Dia petugas kebersihan, jadi kenapa tidak?”. Jin Ae berkata, “Kalau begitu bibi ini harus membersihkan kalian karena kalian berdua adalah sampah”. Remaja itu menjawab, “ada apa dengan gadis ini? Dasar psikopat”. Mereka pun pergi dari tempat sauna tersebut.
Ibunya melihat dan berkata ke Jin Ae, “Kurasa tempramen kerasmu akhirnya ada gunanya. Kenapa kau datang?”. Jin Ae dengan gengsi menjawab, “Oppa ingin daging sapi saus kedelai. Dia ingin membawanya ke kantornya”. Ibunya berkata, “Benarkah? Beri tahu dia aku akan membuatnya”. Jin Ae menjawab, “Jika ini untuk Oppa...kau benar-benar akan meninggalkan toko seperti itu?”. Ibunya berkata, “Tentu saja”. Jin Ae menjawab, “Semua orang mencarimu dan jadi ribut”. Ibunya berkata, “Beri tahu mereka agar tidak mecariku. Aku sudah berhenti membuat masakan lauk-pauk. Ibunya Seong hui memintaku untuk membuat sup biji mint.
Keesokan harinya saat Jin Ae pulang dari kerjanya, dia melihat di meja makan terdapat sup ketimun. Hyeong Soon keluar dari kamarnya dan berkata, “Kau baru datang? Ibu barusan disini”. Jin Ae menjawab, “Apa ayah pergi?”. Hyeong Soon berkata, “Aku tak tahu. Dia bilang dia punya sesuatu untuk dikerjakan, jadi dia pergi. Sup ketimun. Kau menyukainya? Ibu pasti telah membuatnya agar kau bisa memakannya. Jin Ae langsung memakan sup ketimun itu langsung dengan sedih ia pun menangis.
Jin Ae menemui Presiden Kim dan memberikan makanan untuknya. Mereka pun melakukan pembicaraan di sebuah kafe. Presiden Kim bertanya, “Apa ini?”. Jin Ae menjawabnya, “Daging sapi saus kedelai. Anda suka daging sapi saus kedelai yang dibuat ibu saya, kan?”. Ternyata Jin Ae menyuruh ibunya membuat daging sapi saus kecap tersebut bukan untukm oppanya melaikan untuk Presiden Kim. Presiden Kim langsung tersenyum dan langsung membuka makanan tersebut dan segera mencobanya, saat dia mencobanya dia sangat meresapinya dan tertawa karena rasanya yang sangat enak. Jin Ae berkata, “Enak yah? Sejak anda masih seorang pelajar, anda ingat ibu saya membuatkan anda masakan lauk-pauk, iya kan? Saya dengar ibu anda meninggal di rumah sakit. Karena ibu saya membuatkan lauk-pauk yang enak untuk anda, itu mengingatkanmu akan iibu anda, dulu anda bilang begitu. Presiden Kim menjawab, “Aku bilang begitu?”. Jin Ae berkata, “Tolong pikirkan itu. Seseorang dengan keahlian yang begitu hebat ditendang keluar toko, anda juga akan menyesalinya. Meski hal yang buruk bahwa hubungan kita tidak berhasil baik, seperti yang anda tahu cinta tak bisa dipaksakan”. Presiden Kim Menjawab, “Tentu saja. Mari kita tidak berbicara tentang itu”.
Jin Ae mengeluarkan amplop yang berisi uang kepada Presiden Kim dan berkata, “Ini tambahan depositnya dan biaya sewa”. Presiden Kim membukanya dan berkata, “Kau bilang kau tidak punya uang”. Jin Ae menjawab, “Saya bekerja keras untuk mendapatkan uang. Tolong diterima. Saya tahu anda orang yang baik. Saya minta tolong kepada anda”. Presiden Kim berkata, “Tapi ini...”. Jin Ae menyelang pembicaraan dan berkata, “Saya pergi sekarang”. Kemudian Jin Ae meninggalkan kafe tersebut.
Di saat jalan pulang Jin Ae menelepon pemilik sewa rumah yang diinginkan Jin Ae, “Ya, saya orang yang menandatangani kontrak sewa. Saya ingin membatalkan sewa. Saya rasa tak ada yang bisa sayan lakukan. Saya harus menanggung sejumlah kerugian. Saya akan melaksanakan seperti yang disebutkan dalam kontrak”. Setelah itu Jin Ae menutup teleponnya dan duduk ditaman sambil melihat foto-foto selfi dirinya yang berada dalam rumah sewanya tersebut.
Jin Ae menghapus satu demi satu fotonya. Dia merasa sedikit sedih tetapi bahagia karena Jin Ae akhirnya sadar betapa berartinya ibu dan membantunya ketika dalam kesusahan.
Saat itu kepala bagian menelepon Jin Ae, “Ya, pak kepala cabang”. Kepala cabang menjawab dengan nada panik, “Asisten Manajer Lee. Sesuatu yang besar telah terjadi”. Jin Ae terkejut dan berkata, “Apa?”. Kepala bagian menjelaskan, “Sebuah pipa meledak di ruang kerja nomor 2. Saya telah menelepon perusahaan yang bertanggung jawab tapi mereka bilang baru bisa datang besok pagi. Kamu tahu para tamu dari Cina akan datang besok pagi, kan? Apa yang harus kita lakukan? Asisten Manajer Lee, bisakah kamu bertanggung jawab dan mengurus ini? Ya?”. Jin Ae langsung bergegas naik taksi dan memohon kepada supir taksinya untuk mengendarainya dengan cepat.
Kemudian di kantornya Hoon Jae, “Kalau begitu saya akan menyerahkan cetak birunya besok”. Temannya menjawab, “Ya, mari lakukan itu”. Temannya menadapatkan telepon dan berkata, “Halo? Apa? Saya sudah bicara pada kepala cabang yang tadi dan ssudah memberi tahu dia kami tak bisa datang hari ini. Tentu saja, saya tahu kita sudah lama bekerja dengan HS Fashion(perusahaan ibunya Hon Jae sekaligus tempat kerja Jin Ae). Dia ada di depan kantor kita? Ya, ya. Mohon tunggu. Dan dengan kesal temannya Hoon Jae berkata, “Ada apa dengan wanita ini?”. Hoon Jae bertanya, “Apakah terjadi sesuatu?”. Temannya menjawab, “Salah satu klien kami mengalami masalah pipa. Dia datang untuk meminta kami memperbaikinya”. Hoon Jae bertanya, “Anda tidak punya tukang yag bisa pergi?”. Temannya menjawab, “Ada yang meledak, jadi semua orang pergi ke sana. Aku bukan seorang tukang”. Hoon Jae berkata, “Haruskah saya yang pergi kesana? Saya juga punya sertifikasi dalam ilmu pipa. Dan Hoon Jae pun mendatangi wanita yang menunggunya di bawah.
Saat itu pula ada ibu-ibu yang melihat obralan di depan restoran milik ibunya dan berkata, “Ya ampun, ada obralan. Aku ingin tahu kenapa”. Ibu-ibu tersebut langsung masuk ke dalam restoran tersebut. Hyeong Soon menelepon ayahnya dan berkata, “Ayah, apa yang sedang kau kerjakan sehingga kau tidak kemari?”. Ayahnya menjawab, “Aku tidak bisa pergi ke toko. Bagaimana bisa aku menyaksikan hasil karya ibumu dijual demi recehan? Aku tak kuat melihatnya. Aku tak bisa”. Hyeong Soon berkata, “Ayah”. Kemudian ibu-ibu tersebut meminta untuk dibungkus makanannya kepada Hyeong Soon. Ayahnya hanya sedih mengingat ibunya.
Ibunya membersihkan lantai di sauna. Ada 2 remaja yang membuang kulit telur secara sembarangan. Ibunya berkata, “Nona-nona bisakah kalian membuang kulit telurnya daripada menyampah sembarangan? Apa kalian berdua memakai minyak di sini? Pantas saja licin disini. Kau tidak bisa memakai minyak disini”. Dua orang remaja tersebut saat pertama mereka tidak menghuraukannya tetapi mereka akhirnya berkata, “Wow, benarkah? Bibi, bersih-bersih sajalah. Kami harus bikin berantakan agar kau bisa menghasilkan uang”. Ibunya berkata, “Apa? Kau berandalan!”.
Kemudian Jin Ae datang dan ikut memarahi 2 orang remaja tersebut, “Hei! Apa kalian berdua tidak membaca tulisannya? Disitu disebutkan kau akan didenda jika kau menyampah atau menaruh minyak disini. Haruskah aku meneleponmu?”. 2 orang remaja tersebut menjawn, “Gadis ini. Siapa kau bicara seperti ini?”. Jin Ae berkata, “Lalu kau, kenapa kau tidak mengormati bibi ini?”. 2 remaja itu menjawab, “Dia petugas kebersihan, jadi kenapa tidak?”. Jin Ae berkata, “Kalau begitu bibi ini harus membersihkan kalian karena kalian berdua adalah sampah”. Remaja itu menjawab, “ada apa dengan gadis ini? Dasar psikopat”. Mereka pun pergi dari tempat sauna tersebut.
Keesokan harinya saat Jin Ae pulang dari kerjanya, dia melihat di meja makan terdapat sup ketimun. Hyeong Soon keluar dari kamarnya dan berkata, “Kau baru datang? Ibu barusan disini”. Jin Ae menjawab, “Apa ayah pergi?”. Hyeong Soon berkata, “Aku tak tahu. Dia bilang dia punya sesuatu untuk dikerjakan, jadi dia pergi. Sup ketimun. Kau menyukainya? Ibu pasti telah membuatnya agar kau bisa memakannya. Jin Ae langsung memakan sup ketimun itu langsung dengan sedih ia pun menangis.
Jin Ae menemui Presiden Kim dan memberikan makanan untuknya. Mereka pun melakukan pembicaraan di sebuah kafe. Presiden Kim bertanya, “Apa ini?”. Jin Ae menjawabnya, “Daging sapi saus kedelai. Anda suka daging sapi saus kedelai yang dibuat ibu saya, kan?”. Ternyata Jin Ae menyuruh ibunya membuat daging sapi saus kecap tersebut bukan untukm oppanya melaikan untuk Presiden Kim. Presiden Kim langsung tersenyum dan langsung membuka makanan tersebut dan segera mencobanya, saat dia mencobanya dia sangat meresapinya dan tertawa karena rasanya yang sangat enak. Jin Ae berkata, “Enak yah? Sejak anda masih seorang pelajar, anda ingat ibu saya membuatkan anda masakan lauk-pauk, iya kan? Saya dengar ibu anda meninggal di rumah sakit. Karena ibu saya membuatkan lauk-pauk yang enak untuk anda, itu mengingatkanmu akan iibu anda, dulu anda bilang begitu. Presiden Kim menjawab, “Aku bilang begitu?”. Jin Ae berkata, “Tolong pikirkan itu. Seseorang dengan keahlian yang begitu hebat ditendang keluar toko, anda juga akan menyesalinya. Meski hal yang buruk bahwa hubungan kita tidak berhasil baik, seperti yang anda tahu cinta tak bisa dipaksakan”. Presiden Kim Menjawab, “Tentu saja. Mari kita tidak berbicara tentang itu”.
Jin Ae mengeluarkan amplop yang berisi uang kepada Presiden Kim dan berkata, “Ini tambahan depositnya dan biaya sewa”. Presiden Kim membukanya dan berkata, “Kau bilang kau tidak punya uang”. Jin Ae menjawab, “Saya bekerja keras untuk mendapatkan uang. Tolong diterima. Saya tahu anda orang yang baik. Saya minta tolong kepada anda”. Presiden Kim berkata, “Tapi ini...”. Jin Ae menyelang pembicaraan dan berkata, “Saya pergi sekarang”. Kemudian Jin Ae meninggalkan kafe tersebut.
Di saat jalan pulang Jin Ae menelepon pemilik sewa rumah yang diinginkan Jin Ae, “Ya, saya orang yang menandatangani kontrak sewa. Saya ingin membatalkan sewa. Saya rasa tak ada yang bisa sayan lakukan. Saya harus menanggung sejumlah kerugian. Saya akan melaksanakan seperti yang disebutkan dalam kontrak”. Setelah itu Jin Ae menutup teleponnya dan duduk ditaman sambil melihat foto-foto selfi dirinya yang berada dalam rumah sewanya tersebut.
Jin Ae menghapus satu demi satu fotonya. Dia merasa sedikit sedih tetapi bahagia karena Jin Ae akhirnya sadar betapa berartinya ibu dan membantunya ketika dalam kesusahan.
Saat itu kepala bagian menelepon Jin Ae, “Ya, pak kepala cabang”. Kepala cabang menjawab dengan nada panik, “Asisten Manajer Lee. Sesuatu yang besar telah terjadi”. Jin Ae terkejut dan berkata, “Apa?”. Kepala bagian menjelaskan, “Sebuah pipa meledak di ruang kerja nomor 2. Saya telah menelepon perusahaan yang bertanggung jawab tapi mereka bilang baru bisa datang besok pagi. Kamu tahu para tamu dari Cina akan datang besok pagi, kan? Apa yang harus kita lakukan? Asisten Manajer Lee, bisakah kamu bertanggung jawab dan mengurus ini? Ya?”. Jin Ae langsung bergegas naik taksi dan memohon kepada supir taksinya untuk mengendarainya dengan cepat.
Kemudian di kantornya Hoon Jae, “Kalau begitu saya akan menyerahkan cetak birunya besok”. Temannya menjawab, “Ya, mari lakukan itu”. Temannya menadapatkan telepon dan berkata, “Halo? Apa? Saya sudah bicara pada kepala cabang yang tadi dan ssudah memberi tahu dia kami tak bisa datang hari ini. Tentu saja, saya tahu kita sudah lama bekerja dengan HS Fashion(perusahaan ibunya Hon Jae sekaligus tempat kerja Jin Ae). Dia ada di depan kantor kita? Ya, ya. Mohon tunggu. Dan dengan kesal temannya Hoon Jae berkata, “Ada apa dengan wanita ini?”. Hoon Jae bertanya, “Apakah terjadi sesuatu?”. Temannya menjawab, “Salah satu klien kami mengalami masalah pipa. Dia datang untuk meminta kami memperbaikinya”. Hoon Jae bertanya, “Anda tidak punya tukang yag bisa pergi?”. Temannya menjawab, “Ada yang meledak, jadi semua orang pergi ke sana. Aku bukan seorang tukang”. Hoon Jae berkata, “Haruskah saya yang pergi kesana? Saya juga punya sertifikasi dalam ilmu pipa. Dan Hoon Jae pun mendatangi wanita yang menunggunya di bawah.
Jin Ae pun menunggu di bawah untuk meminta bantuan dalam memperbaiki pipa yang meledak. Hoon Jae keluar dari kantirnya kemudian Jin Ae menghampirinya tanpa mengetahuinya bahwa mereka pernah bertemu sebelumnya. Jin Ae berkata, “Maafkan saya. Karena terjadi sesuatu yang penting...”. Mereka berdua terkejut dan sama-sama menyebut, “Hah?”. Dan Jin Ae menyebut Hoon Jae, “Si mesum” sedangkan Hoon Jae menyebut Jin Ae, “Si gadis matre”. Mereka berdua berkata, “Apa?”. Kemudian Jin Ae langsung berkata, “Aku ada hal yang mendesak, jadi aku harus pergi”. Hoon Jae menjawabnya, “Mingkinkaah, kau bekerja di HS Fashion?. Jin Ae berkata, “Kenapa?”. Hoon Jae menjawab, “Kudengar pipanya meledak. Aku yang akan pergi. Kau punya mobil kan? Aku akan pergi pakai punyaku”. Jin Ae bertanya, “Kenapa kau pergi? Apa kau karyawan disini? Seorang karyawan disini memperbaiki kamar kecil kedai kopi?”. Hoon Jae menjawabnya, “Aku mengerjakan dekorasi interior di sana, jadi aku pergi ke sana untuk melakukan pemeliharaan. Perusahaan ini adalah perusahaan mitraku dan aku kebetulan punya sertifikat dalam pemasangan pipa. Jasi mereka memintaku untuk membantu. Tidak mengapa, kan?
Jin Ae bertanya lagi, “Atas izin siapa? Meski jika mereka tidak punya tukang, bagaiman bisa mereka mengirim ssembarang orang kesana?”. Hoon Jae mnjawab, “Sembarang orang? Baiklah kalo begitu. Tunggu sampai mereka bekerja besok. Meskipun kubilang aku akan membantu”. Kemudian Hoon Jae pun pergi ke mobilnya untuk pulang. Kemudian Jin Ae mencoba menelepon kepala bagian namun tidak dijawabnya. Jin Ae khawatir dan berkata kepada Hoon Jae yang sedang bersiap untuk pergi, “Apa memang kau satu-satunya?”. Hoon Jae pun menjalani mobilnya namun Jin Ae langsung berlari ke arah mobilnya dan memanggilnya, “Tunggu, Ahjussi, ahjussi. Wow, benarkah?”. Jin Ae dengan bergegas lari ke arah depan mobilnya untuk menghentikannya. Keduanya pun terkejut dan Hoon Jae langsung menginjak rem mobilnya. BERSAMBUNG...
Jin Ae bertanya lagi, “Atas izin siapa? Meski jika mereka tidak punya tukang, bagaiman bisa mereka mengirim ssembarang orang kesana?”. Hoon Jae mnjawab, “Sembarang orang? Baiklah kalo begitu. Tunggu sampai mereka bekerja besok. Meskipun kubilang aku akan membantu”. Kemudian Hoon Jae pun pergi ke mobilnya untuk pulang. Kemudian Jin Ae mencoba menelepon kepala bagian namun tidak dijawabnya. Jin Ae khawatir dan berkata kepada Hoon Jae yang sedang bersiap untuk pergi, “Apa memang kau satu-satunya?”. Hoon Jae pun menjalani mobilnya namun Jin Ae langsung berlari ke arah mobilnya dan memanggilnya, “Tunggu, Ahjussi, ahjussi. Wow, benarkah?”. Jin Ae dengan bergegas lari ke arah depan mobilnya untuk menghentikannya. Keduanya pun terkejut dan Hoon Jae langsung menginjak rem mobilnya. BERSAMBUNG...
BACA EPISODE SELANJUTNYA || SINOPSIS All About My Mom Episode 3