SINOPSIS All About My Mom Episode 2 Part 3

Advertisement
Serusinopsis.com || EPISODE SEBELUMNYA || Sinopsis All About My Mom Episode 2 Part 3 : Pada saat ibunya Hoon Jae dan Hoon Jae makan malam. Ibunya bertanya, “Kau, apakah kau melukai wajahmu? Bagaimana itu bisa terjadi?”. Hoon Jae menjawab, “Saat aku sedang bekerja. Itu baik-baik saja”. Ibunya berkata, “Yang benar saja”.
 

Kemudian ayahnya Chae Ri pun menggelar acara makan malam di hotel yang sama dengan Chae Ri dan neneknya. Ayahnya berkata, “Maaf aku terlambat”. Chae Ri menjawab, “Kau selalu terlambat, ayah”. Ayahnya pun meminta maaf kepada putrinya itu, “maafkan aku, putriku”. Neneknya membela ayahnya dan berkata, “Apakah dia terlambat karena bermain-main?
 

Ibunya Hoon Jae berkata, “Haruskah kita bersulang?”. Hoon Jae menjawab, “Ini adalah peringatan kematian ayah ke-33. Meskipun aku tidak pernah melihat dis, aku akan selalu mencintainya. Ibu, sekarang dan nanti selalu mencintai ayah, kan?”. Ibunya hanya tersenyum dan mereeka pun bersulang untuk minum. Hoon Jae berkata, “Tapi bukankah seharusnya kita melakukan peringatan kematian ayah sebaagaiana mestinya? Menghabiskan waktu seperti ini membuatnya tampak sedikit tidak penting”. Ibunya menjawab, “Bukankah kita sudah dengan ini beberapa waktu yang lalu? Bukankah sudah bagus untuk mengingatnya dan memiliki waktu yang baik pada peringatan kematiannya?”. Hoon Ja berkata, “Ya, kedengarannya bagus”.
 

Hoon Jae bertanya, “Apakah ayah menyukai wine juga?”. Ibunya menjawab, “Dia menyukai bir. Dia bilanh kalau meminum bir, itu akan terasa menyegarkan disini”.

Kemudian ayahnya Chae Ri meminum banyak bir dan berkata, “Ah, sangat menyegarkan”. Dia pun mengelus-elus dadanya. Chae Ri pun berkata, “Kau tidak lucu. Kau harus minum wine dengan kami”. Ayahnya menjawab, “Aku harus merasa segar dulu. Tapi kelihatannya putri kami tidak merasa baik hari ini”. Neneknya berkata, “Aku tahu kan? Dia sudah seperti itu sejak dia kembali dari kencan buta”. Chae Ri pun merasa sedih.
 

Saat itu juga Hoon Jae memberikan ibunya hadiah yaitu sebuah foto ayahnya dulu. Ibunya langsung terdiam. Ibunya bertanya, “Foto ini, dimana kau mendapatkannya?”. Hoon Jae menjawab, “Sebenarnya saat aku masih SD, di kamar ibu. Aku menemukannya. Aku menyimpannya karena aku pikir ‘orang ini pasti ayah’. Aku pikir akan lebih baik jika ibu mempunyai foto ayah di kamar ibu. Apakah ibu menyukainya?”.
 

Ibunya berkata, “Tidak, aku tidak menyukainya”. Dan ibunya mengembalikan hadiah tersebut kepada Hoon Jae. Ibunya pun berkata, “Orang ini bukan ayahmu”. Hoon Jae menjawab, “Kalian berdua terlihat akrab di foto itu jadi...”. Ibunya berkata, “Hoon Jae, kau adalah pria yang sangat kuno? Apakah mereka sepasang kekasih jika kau melihat mereka akrab di foto?”. Hoon Jae tersenyum dan menjawab, “Maafkan aki, ibu. Ini kesalahanku. Kang Hoon Jae, kau tidak sebodoh ini. Maafkan aku, ibu. Kau akan memaafkanku, kan?”. Ibunya pun tertawa dan menyuruh untuk makan. Dan mereka pun makan bersama.


Hyeong Soon saat itu sedang asik bermain dengan komputernya sambil memakai earphone. Jin Ae memanggilnya berapa kali, “Hyeong Soon. Lee Hyeong Soon”. Jin Ae pun melemparkan sesuatu kepada Hyeong Soon. Hyeong Soon berkata, “Noona”. Jin Ae bertanya, “Kau tidak bersiap untuk mendapat pekerjaan?”. Hyeong Soon menjawab sambil memainkan kembali komputernya, “Aku akan. Sebentar lagi”. Jin Ae berkata, “Bagaimana bisa kau selalu mengatakan itu? Dimana ibu?”. Hyeong Soon menjawab, “Ibu?. Dia bilan dia akan berada di sauna untuk temannya. Dia bilang dia membutuhkan istirahat”. Jin Ae berkata, “Bagaimana dengan tokonya?”. Hyeong Soon menjawab, “Oh benar, ibu tidak akan bekerja di toko”. Jin Ae berkata, “Apa? Apa maksudmu?”. Kemudian saat itu Hyeong Gyu pulang, “Aku pulang”. Jin Ae langsung bertanya, “Oppa, apakah kau mendengar sesuatu dari ibu?. Ibu tidak akan bekerja lagi di toko”. Hyeong Soon pun keluar dan berkata, “Aku dengar kau membawakan ibu sup tulang sapi tadi. Kau tahu bagaimana tersentuhnya ibu saat dia memberitahukan tentang itu ke semua tetangga”. Jin Ae langsung menatap Hyeong Gyu dan Hyeong Gyu hanya terdiam.
 

Saat ayahya sedang asik minum ternyata ibunya pun berada di sauna yang sama, ibunya sedang membersihkan lantai(ngepel). Ayahnya pun terkejut dan langsung kabur meninggalkan ibunya dan ibunya hanya membersihkan lantai padahal dia barusan berssebelahan dengan ayahnya. Ayahnya bersembunyi di spa yang panas dan ibunya tepat berada di depan pintu spa itu sedang melipat handuk. Ayahnya merasa kepanasan di dalam sana. Ayahnya berkata, “Kenapa? Kenapa dia melipat handuk-handuk di sini?”. Ibunya berkata sendiri, “Aigoo, baiklah tutup saja tokonya. Itu tidak seperti akan berjalan dengan baik. Melakukan untuk kebaikan putraku.
 

Ayahnya sudah kepanasan sekali di dalam sauna tersebut. Ayahnya berkata sendiri, “Kenapa bisa? Bagaimana bisa handuknya masih sangat banyak?. Tidak, tidak aku tidak bisa. Aku akan mati. Lee Dong Chool, kau pasti bisa. Semangat, semangat”. Kemudian ayahnya keluar dari spa itu sambil menutupi muka supaya ibunya tidak menyadarinya. Tetapi ayahnya tidak sengaja menjatuhkan kunci locker yang digelangkan olehnya. Ibunya melihat dan berkata, “Ahjussi, anda menjatuhkan kunci anda. Ambillah kunci anda”. Ayahnya perlahan jalan dan tidak membawa kuncinya tersebut. Ibunya berkata sendiri sambil memanggil ayahnya, “Dia membuat seseorang untuk bergerak. Ahjussi! Ini kunci anda”. Ayahnya pun beerhenti dan mengambil kuncinya dengan tangan mengarah ke belakang. Namun ibunya curiga, “Sepertinya aku sering melihatnya. Luka di tulang kering anda? Ayahnya Hyeong Gyu? Ini kau? Ini kau, kan?”. Ayahnya pun berbalik dan tersenyum. Ibunya berkata, “Kau ada disini? Kau!”. Ibunya pun memukul ayahnya kemudian mereka lari-larian. Namun ayahnya masuk ke toilet wanita. Ibunya berkata, “Aigoo, baiklah! Kau nanti juga akan keluar”. Ibunya pun pergi dari situ.
 

Kemudian Hyeong Gyu, Jin Ae dan Hyeong Soon melakukan pembicaraan bertiga. Jin Ae berkata, “Jadi saat kau memberitahunya kalau aku membutuhkan uang jadi ibu memutuskan untuk meninggalkan tokonya? Wow, kau menakjubkan. Mungkin cinta ibu untukmu luar biasa”. Hyeong Gyu menjawab, “Jangan membuat lelucon tentang itu. Kau sangat tahu bahwa itu bukanlah ide yang bagus untuk mempertahankan toko di situasi seperti ini”. Jin Ae berkata, “Karena itu bukan ide yang bagus, kau ingin megambil keuntungan dari situasi ini dan mendapatkan uang dari penjualan toko? Betapa liciknya kau”. Hyeong Gyu menjawab, “Apa yang tersisa dari toko lauk pauk? Dia tidak menghasilkan banyak uang setelah sewa dan bahan-bahan. Itu hanya akan membuat ibu lelah”. Jin Ae berkata, “Dia menjalankan toko bukan untuk menjadi kaya. Dia melakukan itu karenaa dia menikmatinya. Dia membuat makanan dan orang-orang menikmatinya. Dia sangat menyukai itu. Meskipun dia selalu mengatakan punggungnya sakit, dia bilang punggungnya akan sembuh selama orang-orang menikmati masakannya”.
 

Hyeong Gyu menjawab, “Kalau kau sangat mengetahuinya lalu kenapa kau masih diam saja? Aku dengar kau sedang mencari apartemen. Kau hanya memikirkan dirimu saja, jadi siapa kau berani menceramahi aku?”. Jin Ae berkata, “Apa? Kenapa aku tetap diam? Apakah kau masih akan mengatakan ini kalau aku memberimu uang untuk kantormu? Bukankah kau pergi ke ibu karena kau tahu aku tidak akan memberikannya?”. Hyeong Gyu menjawab, “Si brengsek ini dan kata-katanya. Apakah aku ini seorang gelandangan?”. Saat itu ayahnya pulang kerumah. Hyeong Soon langsung memanggilnya dan keluar dari kamar, “Ayah. Ayah!”. Mereka semua pun meninggalkan kamar. Hyeong Soon bertanya, “Ayah! Apa yang terjadi?”. Ayahnya menjawab, “Ibumu berada di sauna yang aku datangi”. Hyeong Soon berkata, “Wow, bagaimana ini bisa terjadi? Jadi ayah ketahuan?”.
 

Ayahnya menjawab, “Dia mengambil kunciku jadi aku tidak bisa mengambil pakaianku. Aku melarikan diri”. Hyeong Soon berkata, “Ayah sangat badah. Ini keringat atau air?”. Ayahnya menjawab, “Setengah keringat, setengah air”. Hyeong Gyu berkata, “Kau bisa sakit. Masuklah, ayah”. Ayahnya menyapa Jin Ae, “Jin Ae”. Namun Jin Ae hanya melhatnya dan langsung masuk ke dalam rumahnya.

Jin Ae diam dalam kamarnya kemudian ayahnya mengetuk pintunya, “Jin Ae, bolehkah ayah masuk?”. Jin Ae berkata, “Masuklah”. Ayahnya berkata, “Kau kesal, kan? Maafkan aku. Semuanya adalah kesalahanku. Tapi hanya karena ini terjadi, jangan abaikan rencanamu untuk pindah. Kali ini aku tidak akan mengambil uangmu. Lanjutkan dengan rencanamu. Aku akan menerima tanggung jawab dan mengurus itu”. Jin Ae menjawab, “Bagaimana ayah akan melakukannya?”. Ayahnya berkata, “Aku punya cara-caraku sendiri. Selama aku hidup, aku tak akan pernah membiarkan ibumu kehilangan tokonya. Aku aakan melindungi tokonya dengan hidupku jadi kau tak perlu khawatir..”. Jin Ae memotong pembicaraan ayahnya, “Bagaimana tidak? Bagaimana kau akan menyelesaikannya? Satu-satunya hal yang ayah lakukan adalah mengatakan kau akan mengurus masalahnya lagi malah membuatnya semakin buruk. Apakah kau akan terus membuat keadaan semakin buruk? Berdiam diri sajalah. Ayah tidak melakukan apapun akan membantu bagi kita”. Ayahnya berkata, “Kali ini itu tidak akan seperti itu”. Jin Ae dengan kesal menjawab, “Oppa mungkin benar. Mungkin lebih baik menjual toko dan membantu oppa itu mungkin yang terbaik”. Ayahnya berkata, “Meskipun begitu...”. Jin Ae memotong lagi pembicaraan ayahnya, “Ayah, aku lelah”. Ayahnya dengan sedih menjwab, “Oh oke. Istirahatlah. Bagaimanapun Jin Ae, jangan kitaa jual tokonya. Masalah yang aku sebabkan, ibumu, dia bertahan dengan tokonya dan menyokong keluarga kita, itulah arti tokonya. Bagaimana kita tega?”. Ayahnya pun keluar dari kamarnya dan Jin Ae pun merasa sedih.
 

Keesokan harinya di tempat Jin Ae bekerja Jin Ae memperbaiki mesin tekstil. Kepala bagian berkata, “Bukankah lebih baik memanggil mekanik?”. Jin Ae menjawab, “Itu akan memakan waktu. Aku bisa memperbaikinya. Untuk saat ini, percaya sajalah Pak Kepala”. Kepala Bagian berkata, “Meskipun demikian. Aigoo, aigoo! CEO. Apa yang membawa anda kemari?”. Ibunya Hoon Jae selaku CEO berkata, “Aku kebetulan lewat jadi mampir. Kamu pasti sibuk memenuhi pesanan utuk ekspor”.
 

Kemudian ibunya Hoon Jae bertanya, “Aku pikir kau mempunyai mekanik baru?”. Kepala bagian menjawab, “Dia bukan seorang mekaanik tapi karyawan kami”. Ibunya Hoon Jae berkata, “Benarkah?”. Kemudian ibunya Hoon Jae menghampiri Jin Ae dan berkata, “Halo”. Jin Ae melihat dan sontak kaget sampai dia terbentur mesin tekstil yang sedang ia perbaiki itu. Ibunya Hoon Jae berkata, “Kau baik-baik saja?”. Jin Ae menjawab, “Ya”. Saat Jin Ae sudah selesai memperbaikinya, kepala bagian menyuruhnya untuk menyalakannya. Dan ibunya Hoon Jae salut dan memberikan jemppl untuk Jin Ae atas kerjanya. Jin Ae sangat ssenang diperhatikan oleh CEO yang dia idolakan sejak SMA.
 

Setelah itu Ibunya Hoon Jae membuatkan kopi untuk Jin Ae dan mereka melakukan pembicaraan. CEO bertanya, “Kau tahu banyak tentang mesin?”. Jin Ae menjawab, “Saat aku pergi bersekolah malam, ada seorang pria yang membuat mesin seperti milik kita. Saya belajar sedikit dari orang itu. CEO hanya tersenyum dan mereka meminum kopi bersama. Jin Ae berkata, “Saya sudah membaca buku anda, itu menarik”. CEO menjawab, “Ya amoun, kau membuatku malu”. Jin Ae berkata, “Dari semua buku yang anda tulis, saya paling menyukai yang berjudul ‘Sebuah Kerikil Kecil Di Hatiku’”. CEO menjawab, “Wow, Kau ingat buku itu? Itu buku yang aku tulis beberapa waktu yang lalu”. Jin Ae berkata, “Sebenarnya, saya penggemar lama anda. Sejak SMA, aya membaca buku-buku anda dan itu sangat membantu saya. Saya pikir itu karena saya mempunyai situasi yang sama seperti anda”. CEO menjawab, “Jadi kau sudah bekerja sejak SMA?”. Jin Ae berkata, “Ya karena keluarga saya mengalami waktu yang sulit. Juga, sering kali beragumentasi adegan ibuku sama sepert anda. Saat membaca buku itu saya berpikir, ‘Wow, bagaimana bisa ini sama dengan saya?’”. CEO menjawab, “Kalau begitu pasti kau bertanya kepada ibumu, ‘kenapa kau melahirkanku?’. Kamu pasti telah melakukan itu”. Jin Ae mengingat ibunya dan berata kepada CEO, “Ya”. CEO menjawab, “Itu tidak bagus. Kau akan menyesalinya nanti. Setelah ibuku meninggal, aku sangat menyesalinya. Dulu itu, aku bekerja keras utuk keluargaku dan merasa menyedihkan. Namun sekarang saat aku pikirkan, itu tidaklah penting”.
  

Kemudiaan CEO mendapatkan telepin dari Hoon Jae. Hoon Jae berkata, “Ibu, Kau menelepon? Tadi aku tak bisa menjawab telepon karena berada di lokas”. Ibunya Hoon Jae menjawab, “Aku hanya ingin tahu tentang pekerjaan”. Hoon Jae berkata, “Kau membicarakan tentang Taesong Pipe? Aku ada pertemuan besok dengan mereka”. Ibunya menjawab, “Tampaknya berjalan dengan baik. Sesuatu yang baik akan terjadi. Kau sibuk kan? Baiklah, aku tutup teleponnya”. Kemudian ibunya Hoon Jae melanjutkan pembicaraannya dengan Jin Ae dan ibunya berkata, “Ini putraku”, Jin Ae menjawab, “Sata mengerti. Anda pasti dekat dengan putra anda”. CEO berkata, “Yah, aku pikir seperti itu. Tapi aku tidak tahu apa yang dia pikirkan. 


BACA EPISODE SELANJUTNYA || SINOPSIS All About My Mom Episode 2 Part 4

Artikel Menarik Lainnya