Sementara di siang itu, Hyeong Gyu berada di kantornya. Di dalam ruangan Song Joon. “ bukankah pertemuan dengan penyewa baru, adalah pekerjaan manajer gedungmu? “ ujarnya sambil menahan kesal. Namun dengan gaya tengilnya Song Joon menjawab, “ oh, itu benar. Tapi, kita harus menjelaskan istilah-istilah hukum kita pada mereka maka kau harus pergi supaya aku bisa merasa tenang”. Lalu Hyeong Gyu pergi dengan menganggukkan kepalanya. Namun Soong Joon kembali berkata, “ oh ya, aku dengar kau ada di kantor polisi. Ada seorang petugas polisi yang aku kenal disana. Apakah ayahmu masih seperti itu ? jika kau memiliki orang tua yang baik, kau bisa telah menjadi begitu sukses. Betul kan? “ dengan nada yang begitu meremehkan. Hyeong Gyu hanya bisa menahan amarahnya dan pergi sambil berkata, “ aku akan kembali “. Sambil sedikit berteriak Soong Joon berkata, “ terimakasih pengacar Lee.”
Setelah Hyeong Gyu keluar dari ruangan Song Joon, dia bergegas ke dalam mobilnya. Baru saja beberapa meter, Hyeo ng Gyu menghentikan lagi mobilnya dan berteriak-teriak melampiaskan emosinya sambil memukul-mukul setir mobil. Lalu setelah melampiaskan emosinya Hyeong Gyu menarik nafas panjang, merapihkan baju dan melanjutkan perjalanan.
Sementara Hyeong Gyu mengendalikan emosinya, Jin Ae sedang sibuk memeriksa berkas di kantornya dengan seorang karyawan. “ bisakah aku melihat laporan dari tahun kemarin dan tahun sebelumnya? Aku ingin merujuk itu untuk referensi desain kita saat ini.” ujar Jin Ae.
Setelah Jin Ae selesai dengan pekerjaannya. Jin Ae bergegas menengok ayahnya yang masih di rawat di rumah sakit. Di lobby rumah sakit Jin Ae bertemu dengan Hoon Jae. “ oh. Kontraktor Kang. “ ujar Jin Ae. Mereka hanya saling bertatap mata dengan perasaan senang.
Di rumah sakit, ayah Jin Ae dan Hyeong Soon sedang memakan makanan buatan ibu. “ oh, ini enak. Ibumu bagaimana dia bisa membuat bubur begini enak? Dia koki yang turun dari surga”. Hyeong Soon tidak mendengarkan apa yang ayahnya katakana dia hanya terus memakan bubur tersebut sambil menikmatinya. Lalu ayahnya menyadari hal itu dan memukul sendok Hyeong Soon berulang lagi dan berkata, “ berhenti memakannya. Bagaimana bisa seorang perawat mencuri makanan pasien?” lalu Hyeong Soon menjawab, “ kenapa aku jadi perawat? Aku juga harus makan.” Sambil menyendok kembali bubur tersebut. Ayahnya kesal dan menarik tempat makan tersebut ke arahnya. Dan akhirnya mereka saling berebut.
Tak lama kemudian Jin Ae dan Hoon Jae sampailah di kamar inap ayahnya. Karena Hyeong Soon dan ayahnya mengira yang datang adalah ibu, mereka bergegas menyembunyikan makanan itu. “aigo, aigo. Oh Jin Ae. “ ujar ayahnya. “ kau baik-baik saja ayah ? “ tanya Jin Ae. Lalu ayah menjawab, “ kenapa kau datang bila kau sibuk? “ lalu ayah baru menyadari dengan siapa putrinya tersebut datang. “ halo. “ Hoon Jae menyapa ayah Jin Ae. “ oh, anak muda yang kemarin. Kau dilepaskan kapan? “ tanya ayahnya. Hoon Jae-pun menjawab, “ kemarin, sedikit lebih lambat”. “ orang yang baru dilepaskan dari penjara, kau bahkan datang untuk menjenguk. “ ujar ayah. “ ayah, di lepaskan dari penjara itu sedikit …. “ ujar Jin Ae dengan sedikit merasa tak enak kepada Hoon Jae. Ayahnya bertanya, “ kalau begitu haruskah aku bilang dibebaskan ? “ tak lama kemudian ayah menyuruh Hyeong Soon, “ Hyeong Soon, pergi beli tahu”.
Namun ketika Hyeong Soon akan segera pergi, Jin Ae menahannya sambil berkata, “ ayah, dia datang kemari bukan untuk menjengukmu. Dia kemari untuk berdamai dengan orang-orang yang kemarin berkelahi dengan kalian. ” lalu ayahnya berkata, “ berdamai ? yang benar saja. Kurasa kau pasti telah kehilangan banyak uang. Maafkan aku anak muda. “ Hoon Jae menjawab, “ tidak mengapa. Kau harus cepat sembuh . “ ayah berkata dengan sedikit malu, “ tidak apa-apa, aku akan segera sembuh. Terimakasih anak muda”. Lalu Jin Ae berkata, “ tapi kenapa kau menyembunyikan itu?” Hyeong Soon menjawab, “ kukira kau ibu. Ayah mencoba berpura-pura tak punya selera makan seperti yang dikhawatirkan ibu.” Ayah berkata kembali, “ kapanpun pintu itu terbuka, jantungku berdebar. Kupikir mungkin saja itu ibumu. ” Jin Ae hanya tertawa sambil bertanya, “ kau yakin tidak sedang menunggu ibu?” lalu pintu kamar terbuka kembali, dan ayah saat itu benar-benar kaget. Padahal yang datang adalah pasien rawat inap yang lainnya. Mereka hanya tertawa gembira bersama dan tatapan Jin Ae kepada Hoon Jae mulai terasa janggal.
Di taman rumah sakit Hoon Jae melihat Jin Ae yang datang menghampirinya dengan membawa dua ice cream di tangannya. “ kau menunggu ya? Ada banyak orang ditoko. “ ujar Jin Ae. Namun tiba-tiba langkah Jin Ae menginjak kantung plastik dan akhirnya Jin Ae hampir terjatuh. Namun dengan sigap Hoon Jae segera menangkap Jin Ae yang hampir terjatuh. Tapi siapa sangka, ketika Hoon Jae menangkap Jin Ae dengan satu tangannya, tanpa tidak sengaja justru Jin Ae malah mendaratkan ice cream yang di pegangnya tepat di hidung Hoon Jae. Betapa kagetnya Jin Ae setelah ice cream itu mendarat di hidung Hoon Jae, hidungnya malah mengeluarkan darah.
Akhirnya mereka berdua duduk dibangku taman, dengan rasa bersalah Jin Ae berkata, “ maafkan aku”. “ yang benar saja, kenapa aku selalu berdarah tiap aku kena hantam? ” jawab Hoon Jae sambil memegangi hidungnya. “ silahkan makan ini. Yang baru. “ ujar Jin Ae. Namun ketika Hoon Jae membuka bungkusan ice cream, ternyata ice cream tersebut sudah meleleh tapi Hoon Jae tetap memakan ice cream itu. “ terimakasih telah menolong ayahku kemarin. Juga untuk biaya perawatannya.“ ujar Jin Ae. Hoon Jae bertanya, “ hanya dengan perkataan?” . “ aku akan belikan kau makan jika aku lewat” jawab Jin Ae.
Hoon Jae bertanya kembali, “ lewat? “ lalu Jin Ae menjawab, “ aku melamar untuk tim perencanaan di kantor pusat. Jika aku mendapat posisi itu, aku akan mentraktirmu makan besar”. “ kau dari tim produksi bisa melamar untuk kantor pusat?” tanya Hoon Jae. “awalnya aku tidak mau tapi CEO memintaku dan persyaratannya diubah.” Ujar Jin Ae. Hoon Jae berkata, “ oh ya? Jadi CEOmu itu hebat sekali.” Jin Ae menjawab, “ dia tidak hanya hebat sekali. Dia luar biasa dan sangat keren. “ Hoon Jae berkata, “ keren itu sedikit..”, “ maaf?” ujar Jin Ae. Lalu Honn Jae menjawab, “ ah, bukan apa-apa.” Kemudian Jin Ae melihat jam di tangannya dan berkata, “ aku harus mampir ke took lagi. Aku pergi dulu.” Sambil berdiri dan berpamitan kepada Hoon Jae. “ aku akan antar kau ke sana. Kemana kau pergi?” Sambil berdiri juga. “ tidak apa-apa, dahhh..” Jin Ae-pun berlalu pergi. Setelah Jin Ae pergi aga jauh dari tempat Hoon Jae berdiri, Hoon Jae berkata sambil sedikit berteriak, “ tolong lewat ya. Aku akan mendukungmu. Semangat!” Jin Ae sangat bersemangat sambil berkata,” semangat!”
Di lain tempat Hyeong Gyu baru saja selesai dengan pekerjaannya, dan mendapat telpon dari Song Joon. “ ya?” Hyeong Gyu menjawab teleponnya. “ apa kau bicara pada mereka?” tanya Song Joon. Hyeong Gyu berkata, “ aku sudah jelaskan pada mereka dengan baik. Aku sedang mau kembali ke kantor”. “ kalau begitu bisa aku minta tolong satu lagi padamu? Di dekat ada toko roti langgananku. Halo?” sambil menahan emosinya Hyeong Gyu menjawab, “ dan?” dengan wajah yang sangat menyebalkan Song Joon berkata, “ sebentar lagi, rotinya akan tersedia. Bisakah kau membelikannya untukku? Roti krim shu. Maaf tapi ini karena seleraku begitu tinggi.” Dan Song Joon tertawa meledek.
Walaupun dalam keadaan emosi Hyeong Gyu mengikuti mau Song Joon dan membelikan roti yang dipesannya. Setelah keluar dari toko roti Hyeong Gyu berjalan sendiri, “ aku bahkan belum makan siang.” Hyeong Gyu berbicara sendiri. Akhirnya Hyeong Gyu mampir ke sebuah mini market dan mellihat roti isi coklat, namun ketika akan mengambilnya dia berebut dengan anak kecil. Anak kecil itu menipu Hyeong Gyu berpura-pura melihat seseorang di sudut mini market, “oh!” ujar anak itu. sehingga Hyeong Gyu melihat ke arah sana juga, dan akhirnya anak kecil itu berhasil merebut roti dari tangan Hyeong Gyu dan berlari ke kasir. “hei!” Hyeog Gyu berteriak. Lalu kecil itu berkata kepada kasir, “ tolong bungkuskan untukku”. Setelah membayarnya anak itu hanya tersenyum lebar sambil melihat kea rah Hyeong Gyu dan berlari keluar mini market. Hyeong Gyu-pun hanya menggelengkan kepala melihat tingkah laku anak tersebut.
Siang itu cuaca bagus sekali, jadi Hyeong Gyu memutuskan untuk menikmati roti dan jusnya sambil duduk di taman. Namun ketika dia sedang menikmati siang itu. dia mendengar ada sekumpulan anak kecil yang memarahi satu anak kecil lainnya. “ aish, kubilang untuk membeli semua roti coklat!” ujar anak kecil itu. anak yang membeli roti itu membela diri “hanya tinggal satu roti coklat tersisa.” Betapa terkejut Hyeong Gyu ketika yang dia lihat adalah anak kecil yang tadi berebut roti di mini market. “ kalau begitu kau harus pergi ketoko lain. Tak tahukah kau bahwa mulutku berselera tinggi?” Hyeong Gyu kemudian teringat perkataan yang sama yang Song Joon ucapkan.
Hyeong Gyu berkata, “ berandal-berandal itu! “ lalu anak yang menjadi bos itu berkata, “ cepat pergi sana dan beli! Pergi beli! Apa kau tidak mau cepat pergi?cepat pergi dan beli rotinya!“ sambil menarik baju anak yang lemah itu. lalu Hyeong Gyu berdiri dan mengahmpiri mereka sambil sedikit berteriak Hyeong Gyu berkata, “ hei! Hei! Lepaskan, apa yang sedang kalian kerjakan disini? Apa kau menyuruhnya untuk membelikanmu roti?“ anak kecil itu menunduk dan berkata, “ kami hanya…”
Hyeong Gyu melanjutkan perkataannya, “ apa benar menganggu teman yang lemah? Karena anak-anak seperti kau yang menganggu dan membuat keributan, ketidakadilan merajalela di masyarakat.” Sambil melihat ke anak kecil berkaos putih tersebut dan dengan penuh emosi Hyeong Gyu berkata lagi, “ kau pikir anak ini tidak punya kekuatan sehingga dia membelikanmu roti? Kau pikir ini karena dia tidak punya harga diri? Kau pikir mau berapa lama dia akan jadi orang suruhanmu?! Jangan berani berfikir tentang itu!” dia berkata sambil berteriak dan penuh emosi. Namun anak berkaos putih itu berkata, “ paman, kenapa kau begitu berlebihan? Saat ini kami hanya berlatih acting. Aku adlah penjual roti lokal.” Anak yang di tuduh telah membull-pun berkata, “ capekkk deh.. ayo pergi ke sebelah sana dan berlatih.” Merekapun pergi begitu saja.
Setelah teman-temannya berlarian pergi, anak kecil berkaos putih itu berkata pada Hyeong Gyu, “ kau benar-benar sangat menginginkannya? Kau bisa memilikinya paman.” Sambil memberikan roti coklat yang mereka perebutkan tadi di mini market. Lalu anak itu pergi sambil berteriak kepada teman-temannya, “ hei, mari pergi bersama. “ lalu dengan rasa tak enak hati Hyeong Gyu memanggil pelan anak tersebut, “ hei, nak!” tapi anak itu terus pergi.
Setelah pergi meninggalkan Hyeong Gyu anak itu masuk ke dalam sebuah restoran. Di dalam restoran tersebut ada seorang wamita yang sedang menata meja, dan anak tersebut memanggil wanita itu, “ibu.” Wanita itupun menoleh ke belakang dan berkata,”San!” sambil tersenyum dan menghampiri anak tersebut. “ ibu, kau tidak pergi bekerja?” tanya San. Ibu San menjawab, “ ya, hari ini saatnya makan malam. Kau pergi ke sekolah dengan baik?”. Lalu San menceritakan kejadian tadi kepada ibunya, “ya, tapi di perjalanan pulang, aku bertemu paman yang aneh. Dia ingin makan roti coklatku, jadi dia mengejarku dan jadi marah.” Ketika San sedang menceritakan hal itu, dari belakang tiba-tiba nenek San mucul dan bertanya, “ ada orang seaneh itu?” San terkejut dan berbalik ke belakang, “ oh nenek.” Ujarnya. Lalu neneknya membalas sapaan San sambil menepuk-nepuk pelan pipi San, “halo, pangeranku.” Katanya.
Lalu ibu San berkata , “ San kau harus berhati-hati dengan paman seperti itu. jika kau bertemu lagi dengannya, hindari dia, tak peduli bagaimana.” Dengan penuh semangat San menjawab, “ jangan khawatir, siapa aku? Aku adalah pejuang super spesial Kim San”. “ kau hebat anakku.” Ujar ibunya sambil memeluk San.
Di tempat lain, Chae Ri sedang berkumpul bersama kedua temannya di sebuah cafe. “ wow, ini cantik sekali.” Salah satu teman Chae Ri berkata. Namun Chae Ri tidak menghiraukan mereka karena fokus terhadap handphonenya dan menunggu Shin Jae Min menghubungi. Lalu Chae Ri berkata sendiri sambil terus focus terhadap handphonenya, “ Shin Jae Min, kau masih belum menghubungiku?” lalu salah satu dari temannya berkata, “ bahkan setelah menciummu di jalan, masih tidak menghubungi?” Chae Ri menjawab, “ karena dia sibuk. Ada banyak operasi.” Sambil menunjukkan raut wajah cemberut. Salah satu dari kedua temannya terus memanas-manasi dan berkata, “ itu bukannya dia benar-benarmelakukan operasi. Tapi pria selalu menghubungi gadis yang mereka suka tak peduli betapa sibuknya mereka.
“ mungkin Shin Jae Min itu seorang Ci-Bur. Dia hanya menCium dan kaBur seperti pemuda jahat.” Ujar salah satu temannya. Tak lama kemudian handphone Chae Ri berbunyi dan mengira Shin Jae Min menghubunginya, betapa kecewanya ketika tau yang menelpon adalah ayahnya. “ ya, ayah ada apa?” tanya Chae Ri. Tak lama kemudian Chae Ri terkejut dan gembira lalu berkata, “ benarkah?”.” Iyah. Kudengar kau telah berkali-kali menemui Jae Min. tapi kenapa kau tidak memberitahuku? Ayahmu ini jadi hampir kecewa. Aku akan membuat janji makan malam hari ini, jadi datanglah nanti.” Dengan sangat bergembira Chae Ri, “ baiklah.”
Lalu setelah selesai berbicara dengan ayahnya, dengan rasa gembira Chae Ri berkata kepada kedua temannya, “ teman-teman, apa yang harus kulakukan?” salah satu temannya bertanya, “ janji makan malam? Dengan ayahnya?” lalu Chae Ri menjawab, “ dengan oppa Jae Min juga. Tapi ayahnya memberitahu ayahku agar merahasiakannya. Karena dia malu “. “ jadi dia tidak tahu bahwa diaakan bertemu denganmu dan ayahmu?” tanya temannya. “benar, oppa-ku kitu sedikit pemalu. Shin Jae Min memberitahu keluarganya bahwa dia suka padaku, tapi dia merahasiakannya dariku. “ Chae Ri bingung harus mempersiapkan diri mulai dari mana. Chae ri berbicara sendiri, “ dari mana aku harus mulai? Apa aku harus pijat? Tidak, jika aku melakukannya hari ini, aku akan jadi bengkak. Hahhh hari ini kulitku biasa saja. “ sambil melihat cermin.
Melihat Chae Ri sedang gembira kedua temannya memanfaatkan situasi tersebut, “ Chae Ri tas ini cantik sekali. Bisakah kau meminjamkannya padaku untuk beberapa hari?” ujar teman berambut panjang. Chae ri menjawab, “ ya, silahkan saja. Bawalah selama yang kau mau.” Lalu teman berbaju putih berkata, “ Chae Ri ini untukku. “ dengan suasana hati yang masih gembira Chae Ri menjawab, “ ya,ya. Kau pakailah. Tidak, kau ambillah”. “ benarkah? Terimakasih.” Ujar temannya.
Sementara di rumah Chae Ri, nenek Chae Ri sedang menerima telepon dari seseorang. “ apa? Ibu mertua yang membunuh menantu? Apa penyihir tua itu sudah jadi gila? Beraninya kau bicara kasar padaku? Aku tak tahu. Aku takkan pergi. Aku tutup.” Sementara di belakang ada Chae Ri baaru saja turun dari tangga dan kaget melihat neneknya begitu emosi. Chae Ri mendekati neneknya dan bertanya, “ nenek, ada apa?” dengan masih beremosi nenek menjawab, “ penyihir tua ini, Oh San Yi mengatakan hal yang tidak-tidak”.” Kenapa nenek Oh San Yi melakukan itu?” Chae Ri penasaran. Nenek menjawab, “ dia bilang aku membunuh ketiga menantu. Ibumu meninggal, yang kedua bercerai, dan yang termuda pindah ke luar negeri. Kenapa semua itu jadi salahku?”
Lalu Chae Ri menjawab, “ ada beberapa hal yang merupakan salahmu.” Dengan emosi dan berteriak nenek berkata, “ apa ?! “ namun Chae Ri tidak berbicara lagi karena takut. Nenek meneruskan pembicaraannya, “ agar aku tak perlu mendengar hal-hal seperti ini, ayahmu harus cepat menikah lagi. Dengan begitu, aku bisa menunjukkan betapa baiknya aku pada menantu dan bisa menjadi tauladan baginya. “ Chae Ri menahan tawanya dan berkata, “ apa itu akan bisa ? “ namun nenek kembali emosi sambil melihat kea rah Chae Rid an bertanya, “ apa kau sedang mengejek nenekmu ? “ Chae Ri hanya tertawa dan berkata, “ aku hanya bercanda. Bagaimana penampilanku nenek, cantik?” namun karena masih kesal nenek menjawab dengan datar, “ biasa saja. Kenapa kau berpakaikan begitu kuno?” dengan malu-malu Chae Ri menjawab, “ aku harus terlihat baik di hadapan ayah mertuaku. “ aigooo, kau pasti suka sekali pada pemuda itu. “ ujar nenek. Dengan sangat bersemangat Chae Ri berangkat dan berpamitan kepada nenek. “aku akan kembali.” Chae Ri pergi sambil melambaikan tangan. Bersambung.